Sunday, December 1, 2013

Day 2, Makassar City - Fort Rotterdam

FORT ROTTERDAM
Jalan Penghibur Makassar,Indonesia
(berada di tengah kota Makassar)

Harga Tiket Masuk: Gratis
(hanya isi daftar tamu dan memberika uang seada nya di kotak yang disediakan). 
Jam Buka : 07.30 - 18.00

Seusai check out Hotel Aston dan menitipkan koper di Santika Hotel, kami segera beranjak menuju tempat yang tidak terlalu jauh dahulu, menurut google map, museum ini tidak jauh dari hotel kami, namun dikarenakan teman saya yang tidak mau capek karena berjalan, akhirnya kami memangil Becak untuk ke lokasi, dan ternyata benar lokasi sangat terjangkau – walau dengan berjalan kaki.

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.( http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa) Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, tepatnya diseberang Pantai Losari yang tersohor.



Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9, kerajaan ini pernah Berjaya sekitar abad ke-17. Awalnya benteng ini berbahan dasar batu, dan tanah liat yang dibakar hingga kering, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang berasal dari daerah Maros (ibukota Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan,). Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. 

Berikut Dari pintu gerbang masuk, ada seperti loket untuk kita mengisikan buku tamu disana.

Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam (yang merupakan nama tempat kelahiran Speelman) yang kemudian digunakan sebagai pusat penampungan rempah-rempah.


Museum La Galigo (Benteng Rotterdam)
Masih di dalam kompleks Fort Rotterdam, terdapat museum La Galigo yang awal nya berasal dari salah satu nama seorang putra tokoh masyhur dalam mitologi Bugis. Museum ini berisikan sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh, keasliannya masih terpelihara hingga kini.

Harga tiket Masuk : IDR 5.000 / dewasa & IDR 3.000 / anak

Diloket ini juga menjual berbagai macam buku sejarah mengenai Kota Makassar.

Mejeng depan Museum La Galigo
Museum terbagi menjadi 2 gedung, jika sudah membayar tiket digedung 1 tidak perlu membayar lagi di gedung lainnya.
Kurang lebih beginilah isi dalam Museum La Galigo ini,


Berbagai Jenis Peti di Tana Toraja

Stempel Kerajaan Bone

Diorama Fort Rotterdam
 
Selain berkeliling museum, masih dittempat yang sama, kita juga dapat melihat ruang tahanan tempat Pangeran Diponegoro saat dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa. Perang Diponegoro yg berkobar diantara tahun 1825-1830 berakhir dengan dijebaknya Pangeran Diponegoro oleh Belanda saat mengikuti perundingan damai. Pangeran Diponegoro kemudian ditangkap dan dibuang ke Menado, lantas tahun 1834 ia dipindahkan ke Fort Rotterdam. 

 




Foto ini diambil diatas tahanan Pangeran Diponegoro, dari sini pemandangan cukup cantik dilihat, karena selain melihat tulisan besar Fort Rotterdam dari atas, dari tempat ini juga saya dapat melihat aliran sungai - tidak terbayang pada jaman dulu nya, tempat ini pasti nya cukup seram dengan banyak tentara disekelilingnya.




(http://wisata.makassarkota.go.id)

Untuk membaca Perjalanan saya selama 4 hari di Kota Makasar dan Tana Toraja, dapat dilihat disini

No comments:

Post a Comment

M